Sabtu, 19 Juli 2014

Cinta

sesuatu yang indah tapi menyakitkan adalah ketika mencintai orang lain.

Minggu, 04 Mei 2014

Cerita tentang Sahabat



Urwah bin Zubair

Suatu pg Di Baitullah, sekelompok sisa-sisa shahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan tokoh-tokoh tabi’in tengah mengharumkan suasana dengan lantunan tahlil dan takbir, menyejukkan sudut-sudutnya dengan doa-doa yang shalih. Mereka membentuk halaqah-halaqah,.
Di dekat rukun Yamani, duduklah empat remaja yang tampan rupawan, berasal dari keluarga yang mulia. Seakan-akan mereka adalah bagian dari perhiasan masjid, bersih pakaiannya dan menyatu hatinya.
Keempat remaja itu adalah Abdullah bin Zubair dan saudaranya yang bernama Mush’ab bin Zubair, saudaranya lagi bernama Urwah bin Zubair dan satu lagi Abdul Malik bin Marwan.
Pembiacaraan mereka semakin serius. Kemudian seorang di antara mereka mengusulkan agar masing-masing mengemukakan cita-cita yang didambakannya. Mulailah Abdullah bin Zubair angkat bicara: “Cita-citaku adalah menguasai seluruh Hijaz dan menjadi khalifahnya.” Saudaranya, Mus’ab menyusulnya: “Keinginanku adalah dapat menguasai dua wilayah Irak dan tak ada yang merongrong kekuasaanku.” Giliran Abdul Malik bin Marwan berkata, “Bila kalian berdua sudah merasa cukup dengan itu, maka aku tidak akan puas sebelum bisa menguasai seluruh dunia dan menjadi khalifah setelah Mu’awiyah bin Abi Sufyan.”
Sementara itu Urwah diam seribu bahasa, tak berkata sepatah pun. Semua mendekati dan bertanya, “Bagaimana denganmu, apa cita-citamu kelak wahai Urwah?” Beliau berkata, “Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala memberkahi semua cita-cita dari urusan dunia kalian, aku ingin menjadi alim, sehingga orang-orang akan belajar dan mengambil ilmu tentang kitab Rabb-nya, sunah Nabi-Nya dan hukum-hukum agamanya dariku, lalu aku berhasil di akhirat dan memasuki surga dengan ridha Allah Subhanahu wa Ta’ala.”
Hari-hari berganti serasa cepat. Kini Abdullah bin Zubair dibai’at menjadi khalifah menggantikan Yazid bin Mu’awiyah yang telah meninggal. Dia menjadi hakim atas Hijaz, Mesir, Yaman, Khurasan, dan Irak yang pada akhirnya terbunuh di Ka’bah, tak jauh dari tempatnya mengungkapkan cita-cita dahulu.
Sedangkan Mus’ab bin Zubair telah mengauasai Irak sepeninggal saudaranya Abdullah dan akhirnya juga terbunuh ketika mempertahankan wilayah kekuasaannya.
Adapun Abdul Malik bin Marwan, kini menjadi khalifah setelah terbunuhnya Abdullah bin Zubair dan saudaranya Mus’ab, setelah keduanya gugur di tangan pasukannya. Akhirnya, dia berhasil menjadi raja dunia terbesar pada masanya.
Beliau lahir satu tahun sebelum berakhirnya masa khilafah al-Faruq Radhiyallahu ‘Anhu. Dalam sebuah rumah yang paling mulia di kalangan kaum muslimin dan paling luhur martabatnya. ayahnya bernama Zubair bin Awwam, “al-Hawari” (pembela) Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan orang pertama yang menghunus pedangnya dalam Islam serta termasuk salah satu di antara sepuluh orang yang dijamin masuk surga. Sedangkan ibunya bernama Asma binti Abu Bakar ash-Shidiq yang dijuluki dzatun nithaqain [pemilik dua ikat pinggang].
Kakek beliau dari jalur ibu adalah Abu Bakar ash-Shidiq, khalifah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang menemani beliau di sebuah goa. Sedangkan nenek dari jalur ayahnya adalah Shafiyah binti Abdul Muthalib yang juga bibi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Bibinya adalah Ummul Mukminin, bahkan dengan tangan Urwah bin Zubair sendirilah yang turun ke liang lahat untuk meletakkan jenazah ummul Mukminin.
Demi merealisasikan cita-cita yang didambakan, beliau amat gigih dalam usahanya mencari ilmu. Maka beliau mendatangi dan menimbanya dari sisa-sisa para shahabat Rasulullah yang masih hidup.
Beliau mendatangi rumah demi rumah mereka, shalat di belakang mereka, menghadiri majelis-majelis mereka. Beliau meriyawatkan hadis dari Ali bin Abi Thalib, Abdurrahman bin Auf, Zaid bin Tsabit, Abu Ayyub al-Anshari, Usamah bin Zaid, Sa’id bin Zaid, Abu Hurairah, Abdullah bin Abbas, Nu’man bin Basyir dan banyak pula mengambil dari bibinya, Aisyah Ummjul Mukminin. Pada gilirannya nanti, beliau berhasil menjadi satu di antara fuqaha sab’ah (tujuh ahli fikih) Madinah yang menjadi sandaran kaum muslimin dalam urusan agama.
Para pemimpin yang shalih banyak meminta pertimbangan kepada beliau baik tentang urusan ibadah maupun negara karena kelebihan yang Allah berikan kepada beliau. Sebagai contohnya adalah Umar bin Abdul Aziz. Ketika beliau diangkat sebagai gubernur di Madinah pada masa al-Walid bin Abdul Malik, orang-orang pun berdatangan untuk memberikan ucapan selamat kepada beliau.
Usai shalat zuhur, Umar bin Abdul Aziz memanggil sepuluh fuqaha Madinah yang dipimpin oleh Urwah bin Zubair. Ketika sepuluh ulama tersebut telah berada di sisinya, maka beliau melapangkan majlis bagi mereka serta memuliakannya. Setelah bertahmid kepada yang berhak dipuji beliau berkata, “Saya mengundang Anda semua untuk suatu amal yang banyak pahalanya, yang mana saya mengharapkan Anda semua agar sudi membantu dalam kebenaran, saya tidak ingin memutuskan suatu masalah kecuali setelah mendengarkan pendapat Anda semua atau seorang yang hadir di antara kalian. Bila kalian melihat seseorang mengganggu orang lain atau pejabat yang melakukan kezhaliman, maka saya mohon dengan tulus agar Anda sudi melaporkannya kepada saya.” Kemudian Urwah mendoakan baginya keberuntungan dan memohon kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, senantiasa bersanding dengan Kitabullah dan tekun membacanya. Beliau mengkhatamkan seperempat Alquran setiap siang dengan membuka mushhaf, lalu shalat malam membaca ayat-ayat Alquran dengan hafalan. Tak pernah beliau meninggalkan hal itu sejak menginjak remaja hingga wafatnya melainkan sekali saja. Yakni ketika peristiwa mengharukan yang sebentar lagi akan kami beritakan kepada Anda.
Telah diriwayatkan bahwa beliau pernah melihat seseorang menunaikan shalat secepat kilat. Setelah selesai, dipanggilnya orang tersebut dan ditanya, “Wahai anak saudaraku, apakah engkau tidak memerlukan apa-apa dari Rabb-mu Yang Maha Suci? Demi Allah, aku memohon kepada Rabb-ku segala sesuatu sampai dalam urusan garam.”
Urwah bin Zubair radhiyallahu ‘anhu adalah seorang yang ringan tangan, longgar dan dermawan. Di antara bukti kedermawanannya itu adalah manakala beliau memiliki sebidang kebun yang luas di Madinah dengan air sumurnya yang tawar, pepohonan yang rindang serta buahnya yang lebat. Beliau pasang pagar yang mengelilinginya untuk menjaga kerusakannya dari binatang-binatang dan anak-anak yang usil. Hingga tatkala buah telah masak dan membangkitkan selera bagi yang memandangnya, dibukalah beberapa pintu sebagai jalan masuk bagi siapapun yang menghendakinya.
Begitulah, orang-orang keluar masuk kebun Urwah sambil merasakan lezatnya buah-buahan yang masak sepuas-puasnya dan membawa sesuai dengan keinginannya. Setiap memasuki kebun, beliau mengulang-ulang firman Allah:
وَلَوْلَا إِذْ دَخَلْتَ جَنَّتَكَ قُلْتَ مَا شَاء اللَّهُ لَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللَّهِ
Dan mengapa kamu tidak mengatakan waktu kamu memasuki kebunmu “maasyaa allah, laa quwwata illaa billah (sungguh atas kehendak Allah semua ini terwujud, tiada kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah).” (QS. Al-Kahfi: 39)
Suatu masa di zaman khilafah al-Walid bin Abdul Malik, Allah berkehendak menguji Urwah dengan suatu cobaan yang tak seorang pun mampu bertahan dan tegar selain orang yang hatinya subur dengan keimanan dan penuh dengan keyakinan.
Tatkala amirul mukminin mengundang Urwah untuk berziarah ke Damaskus. Beliau mengabulkan undangan tersebut dan mengajak putra sulungnya. Amirul Mukminin menyambutnya dengan gembira, memperlakukannya dengan penuh hormat dan melayaninya dengan ramah.
Kemudian datanglah ketetapan dan kehendak Allah Subhanahu wa Ta’ala, laksana angin kencang yang tak dikehendaki penumpang perahu. Putra Urwah masuk ke kandang kuda untuk melihat kuda-kuda piaraan pilihan. Tiba-tiba saja seekor kuda menyepaknya dengan keras hingga menyebabkan kematiannya.
Belum lagi tangan seorang ayah ini bersih dari tanah penguburan putranya, salah satu telapak kakinya terluka. Betisnya tiba-tiba membengkak, penyakit semakin menjalar dengan cepatnya.
Kemudian bergegaslah Amirul Mukminin mendatangkan para tabib dari seluruh negeri untuk mengobati tamunya dan memerintahkan mereka untuk mengobati Urwah dengan cara apapun.
Namun para tabib itu sepakat untuk mengamputasi kaki Urwah sampai betis sebelum penyakit menjalar ke seluruh tubuh yang dapat merenggut nyawanya.
Jalan itu harus ditempuh. Tatkala ahli bedah telah datang dengan membawa pisau untuk menyayat daging dan gergaji untuk memotong tulangnya, tabib berkata kepada Urwah: “Sebaiknya kami memberikan minuman yang memabukkan agar Anda tidak merasakan sakitnya diamputasi.” Akan tetapi Urwah menolak, “Tidak perlu, aku tidak akan menggunakan yang haram demi mendapat afiat (kesehatan). Tabib berkata, “Kalau begitu kami akan membius Anda!” Beliau menjawab, “Aku tidak mau diambil sebagian dari tubuhku tanpa kurasakan sakitnya agar tidak hilang pahalanya di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala.”
Ketika operasi hendak dimulai, beberapa orang mendekati Urwah, lalu beliau bertanya, “Apa yang hendak mereka lakukan?” Lalu dijawab, “Mereka akan memegangi Anda, sebab bisa jadi Anda nanti merasa kesakitan lalu menggerakan kaki dan itu bisa membahayakan Anda.” Beliau berkata, “Cegahlah mereka, aku tidak membutuhkannya. Akan kubekali diriku dengan dzikir dan tasbih.”
Mulailah tabib menyayat dagingnya dengan pisau dan tatkala mencapai tulang, diambillah gergaji untuk memotongnya. Sementara itu Urwah tak henti-hentinya mengucapkan, “Laa ilaaha Illallah Allahu Akbar,” sang tabib terus melakukan tugasnya dan Urwah juga terus bertakbir hingga selesai proses amputasi itu.
Setelah itu dituangkanlah minyak yang telah dipanaskan mendidih dan dioleskan di betis Urwah bin Zubair untuk menghentikan perdarahan dan menutup lukanya. Urwah pingsan untuk beberapa lama dant terhenti membaca ayat-ayat Alquran di hari itu. Inilah satu-satunya hari di mana beliau tidak bisa melakukan kebiasaan yang beliau jaga semenjak remajanya.
Ketika Urwah tersadar dari pingsannya, beliau meminta potongan kakinya. Dibolak-baliknya sambil berkata, “Dia (Allah) yang membimbing aku untuk membawamu di tengah malam ke masjid, Maha Mengetahui bahwa aku tak pernah menggunakannya untuk hal-hal yang haram.”
Kemudian dibacanya syair Ma’an bin Aus:
Tak pernah kuingin tanganku menyentuh yang meragukan
Tidak juga kakiku membawaku kepada kejahatan
Telinga dan pandangan mataku pun demikian
Tidak pula menuntun ke arahnya pandangan dan pikiran
Aku tahu, tiadalah aku ditimpa musibah dalam kehidupan
Melainkan telah menimpa orang lain sebelumku.
Kejadian tersebut membuat Amirul Mukminin, al-Walid bin Abdul Malik sangat terharu. Urwah telah kehilangan putranya, lalu sebelah kakinya. Maka dia berusaha menghibur dan menyabarkan hati tamunya atas musibah yang menimpanya tersebut.
Bersamaan dengan itu, di rumah khalifah datang satu rombongan Bani Abbas yang salah seorang di antaranya buta matanya. Kemudian al-Walid menanyakan sebab musabab kebutaannya. Dia menjawab, “Wahai Amirul Mukminin, dulu tidak ada seorang pun di kalangan Bani Abbas yang lebih kaya dalam harta dan anak dibanding saya. Saya tinggal bersama keluarga di suatu lembah di tengah kaum saya. Mendadak muncullah air bah yang langsung menelan habis seluruh harta dan keluarga saya. Yang tersisa bagi saya hanyalah seekor onta yang lari dari saya. Maka saya taruh bayi yang saya bawa di atas tanah lalu saya kejar onta tadi. Belum seberapa juh, saya mendengar jerit tangis bayi itu. Saya menoleh dan ternyata kepalanya telah berada di mulut serigala, dia telah memangsanya. Saya kembali, tapi tak bisa berbuat apa-apa lagi karena bayi itu sudah habis dilalapnya. Lalu serigala tersebut lari dengan kencangnya. Akhirnya saya kembali mengejar onta liar tadi sampai dapat. Tapi begitu saya mendakat dia menyepak dengan keras hingga hancur wajah saya dan buta kedua mata saya. Demikianlah, saya dapati diri saya kehilangan semua harta dan keluarga dalam sehari semalam saja dan hidup tanpa memiliki penglihatan.
Kemudian al-Walid berkata kepada pengawalnya, “Ajaklah orang ini menemui tamu kita Urwah, lalu mintalah agar dia mengisahkan nasibnya agar beliau tahu bahwa ternyata masih ada orang yang ditimpa musibah lebih berat darinya.”
Tatkala beliau diantarkan pulang ke Madinah dan menjumpai keluarganya, Urwah berkata sebelum ditanya, “Janganlah kalian risaukan apa yang kalian lihat. Allah Subhanahu wa Ta’ala telah memberiku empat orang anak dan Dia berkehendak mengambil satu. Maka masih tersisa tiga. Puji syukur bagi-Nya. Aku dikaruniai empat kekuatan lalu hanya diambil satu, maka masih tersisa tiga. Puji syukur bagi-Nya. Dia mengambil sedikit dariku dan masih banyak yang ditinggalkan-Nya untukku. Bila Dia menguji sekali, kesehatan yang Dia karuniakan masih lebih banyak dan lebih darinya.”
Demi melihat kedatangan dan keadaan imam dan gurunya, maka penduduk Madinah segera datang berbondong-bondong ke rumahnya untuk menghibur.
Yang paling baik di antara ungkapan teman-teman Urwah adalah dari Ibrahim bin Muhammad bin Thalhah: “Bergembiralah wahai Abu Abdillah, sebagian dari tubuhmu dan putramu telah mendahuluimu ke surga. Insya Allah yang lain akan segera menyusul kemudian. Karena rahmat-Nya, Allah Subhanahu wa Ta’ala meninggalkan engkau untuk kami, sebab kami ini fakir dan memerlukan ilmu fiqih dan pengetahuanmu. Semoga Allah memberikan manfaat bagimu dan juga kami. Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah wali bagi pahala untukmu dan Dia pula yang menjadim kebagusan hisab untukmu.”
Urwah bin Zubair menjadi menara hidayah bagi kaum muslimin. Menjadi penunjuk jalan kemenangan dan menjadi da’i selama hidupnya. Perhatian beliau yang paling besar adalah mendidik anak-anaknya secara khusus dan generasi Islam secara umum. Beliau tidak suka menyia-nyiakan waktu dan kesempatan untuk memberikan petunjuk dan selalu mencurahkan nasihat demi kebaikan mereka.
Tak bosan-bosannya beliau memberikan motivasi kepada para putranya untuk bersungguh-sungguh dalam menuntut ilmu. Beliau berakata, “Wahai putra-putriku, tuntutlah ilmu dan curahkan seluruh tenagamu untuknya. Karena, kalaupun hari ini kalian menjadi kaum yang kerdil, kelak dengan ilmu tersebut Allah menjadikan kalian sebagai pembesar kaum.” Lalu beliau melanjutkan: “Sungguh menyedihkan, adakah di dunia ini yang lebih buruk daripada seorang tua yang bodoh?”
Beliau anjurkan pula kepada mereka untuk memperbanyak sedekah, sedangkan sedekah adalah hadiah yang ditujukan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Beliau berkata, “Wahai anak-anakku, janganlah kalian menghadiahkan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan apa yang kalian merasa malu menghadiahkannya kepada para pemimpin kalian, sebab Allah Subhanahu wa Ta’ala Maha Mulia, Maha Pemurah dan lebih berhak didahulukan dan diutamakan.”
Beliau senantiasa mengajak orang-orang untuk memandang suatu masalah dari sisi hakikatnya. Beliau berkata, “Wahai putra-putriku, jika engkau melihat kebaikan pada seseorang maka akuilah itu baik, walaupun dalam pandangan banyak orang dia adalah orang jahat. Sebab setiap perbuatan baik itu pastilah ada kelanjutannya. Dan jika melihat pada seseorang perbuatan jahat, maka hati-hatilah dalam bersikap walaupun dalam pandangan orang-orang dia adalah orang yang baik. Sebab setiap perbuatan ada kesinambungannya. Jadi camkanlah, kebaikan akan melahirkan kebaikan setelahnya dan kejahatan menyebabkan timbulnya kejahatan berikutnya.”
Beliau juga mewasiatkan agar berlemah lembut, bertutur kata yang baik dan berwajah ramah. Beliau berkata, “Wahai putra-putriku, tertulis di dalam hikmah, “Jadikanlah tutur katamu indah dan wajahmu penuh senyum, sebab hal itu lebih disukai orang daripada suatu pemberian.”
Jika beliau melihat seseorang condong pada kemewahan dan mengutamakan kenikmatan, diingatkannya betapa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam selalu membiasakan diri untuk hidup sederhana.
Sebagai contoh adalah kisah yang diceritakan oleh Muhammad bin al-Munkadir, “Aku bertemu dengan Urwah bin Zubair. Dia menggandeng tanganku sambil berkata, “Wahai Abu Abdillah.” Aku jawab, “Labbaik.”
Urwah berkata, “Aku pernah menjumpai ibuku Aisyah, lalu beliau berkata, ‘Wahai anakku, demi Allah, ada kalanya selama 40 hari tak ada api menyala di rumah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk lampu ataupun memasak.” Maka aku bertanya, “Bagaimana Anda berdua hidup pada waktu itu?” Beliau menjawab, “Dengan korma dan air.”
Urwah hidup hingga usia 71 tahun. Hidupnya penuh dengan kebajikan, kebaktian, dan diliputi ketaqwaan. Ketika dirasa ajalnya sudah dekat dan dia dalam keadaan berpuasa, keluarganya mendesak agar beliau mau makan, tetapi beliau menolak keras karena ingin berbuka di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan minuman dari telaga al-Kautsar yang dituangkan dalam gelas-gelas perak oleh para bidadari cantik di surga.








PENGARUH LUAS PERMUKAAN PADA LAJU REAKSI
(Modul Praktikum Kimia Dasar)



Oleh

TAZKIYA NURUL
1217011061







 














JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMPUNG
2013





PRAKATA



Puji syukur marilah kita ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena limpahan kasih sayang-Nyalah makalah ini dapat terselesaikan dengan baik. Shalawat serta salam senantiasa tercurah pada Nabi Muhammad saw, beserta keluarganya, sahabatnya serta umatnya hingga akhir nanti.

Modul praktikum kimia dasar dengan judul “Pengaruh Luas Permukaan Pada Laju Reaksi“ disusun berdasarkan dari berbagai sumber dengan tujuan untuk membuka wawasan pembaca mengenai laju reaksi. Dengan modul ini diharapkan pembaca mampu mengerti dan memahami mengenai konsep laju reaksi dengan baik.

Tak lupa pula penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang mendukung dan memberikan bimbingan dalam penyusunan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa makalah ini belumlah sempurna, namun penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat untuk pembacanya. Amiin.


           
                                                                                       Bandarlampung, Juni 2013

                                                                                       Penulis


                                                                                      




DAFTAR ISI


       Halaman
          
Cover…………………………………………………………………………….  i
Kata Pengantar…………………………………………………………………... ii
Daftar Isi…………………………………………………………………………  iii
Bab I. Pendahuluan……………………………………………………………… 1
1.1. Latar Belakang…………………………………………………………….  1
1.2. Tujuan……………………………………………………………………..  1
Bab II. Tinjauan Pusataka……………………………………………………….   2
Bab III. Prosedur Percobaan…………………………………………………….. 7
   3.1. Alat dan Bahan……………………………………………………………  7
   3.2. Prosedur Percobaan……………………………………………………….  7
Bab IV. Hasil Pengamatan dan Pembahasan…………………………………….  8
   4.1. Hasil Pengamatan………………………………………………………....  8
   4.2. Pembahasan……………………………………………………………….  8
Bab V. Kesimpulan……………………………………………………………… 11
Daftar Pustaka…………………………………………………………………… 12
Lampiran………………………………………………………………………… 13







I.                   PENDAHULUAN



1.1.   Latar Belakang


Reaksi kimia merupakan proses perubahan suatu zat atau lebih menjadi zat yang lain dengan sifat yang berbeda dengan zat pembentuknya. Proses reaksi kimia ini dapat berlangsung lambat dan cepat. Lamanya waktu untuk suatu zat bereaksi bergantung pada beberapa hal, namun pada umumnya untuk mempercepat reaksi, suatu zat ditambahkan katalis. Namun untuk menambahkan katalis, maka dibutuhkan biaya yang lebih besar. Untuk meminimalkan jumlah biaya tersebut, maka dengan memperbesar luas permukaan untuk bereaksi akan mempercepat suatu laju reaksi.


1.2.   Tujuan


Tujuan pada percobaan ini yaitu:
1.      Membuktikan bahwa laju reaksi dipengaruhi oleh luas permukaan reaktan untuk bereaksi.
2.      Melakukan percobaan laju reaksi sederhana.






II.                TINJAUAN PUSTAKA



Dalam kimia fisik, kinetika kimia atau kinetika reaksi mempelajari laju reaksi dalam suatu reaksi kimia. Analisis terhadap pengaruh berbagai kondisi reaksi terhadap laju reaksi memberikan informasi mengenai mekanisme reaksi dan keadaan transisi dari suatu reaksi kimia. Pada tahun 1864, Peter Waage merintis pengembangan kinetika kimia dengan memformulasikan hukum aksi massa, yang menyatakan bahwa kecepatan suatu reaksi kimia proporsional dengan kuantitas zat yang bereaksi (Anonim, 2013).
Laju reaksi suatu reaksi kimia merupakan pengukuran bagaimana konsentrasi ataupun tekanan zat-zat yang terlibat dalam reaksi berubah seiring dengan berjalannya waktu. Analisis laju reaksi sangatlah penting dan memiliki banyak kegunaan, misalnya dalam teknik kimia dan kajian kesetimbangan kimia. Laju reaksi secara mendasar tergantung pada:
1.       Konsentrasi reaktan, yang biasanya membuat reaksi berjalan dengan lebih cepat apabila konsentrasinya dinaikkan. Hal ini diakibatkan karena peningkatan pertumbukan atom per satuan waktu,
2.       Luas permukaan yang tersedia bagi reaktan untuk saling berinteraksi, terutama reaktan padat dalam sistem heterogen. Luas permukaan yang besar akan meningkatkan laju reaksi.
3.       Tekanan, dengan meningkatkan tekanan, kita menurunkan volume antar molekul sehingga akan meningkatkan frekuensi tumbukan molekul.
4.       Energi aktivasi, yang didefinisikan sebagai jumlah energi yang diperlukan untuk membuat reaksi bermulai dan berjalan secara spontan. Energi aktivasi yang lebih tinggi mengimplikasikan bahwa reaktan memerlukan lebih banyak energi untuk memulai reaksi daripada reaksi yang berenergi aktivasi lebih rendah.
5.       Temperatur, yang meningkatkan laju reaksi apabila dinaikkan, hal ini dikarenakan temperatur yang tinggi meningkatkan energi molekul, sehingga meningkatkan tumbukan antar molekul per satuan waktu.
6.       Keberadaan ataupun ketiadaan katalis. Katalis adalah zat yang mengubah lintasan (mekanisme) suatu reaksi dan akan meningkatkan laju reaksi dengan menurunkan energi aktivasi yang diperlukan agar reaksi dapat berjalan. Katalis tidak dikonsumsi ataupun berubah selama reaksi, sehingga ia dapat digunakan kembali.
7.       Untuk beberapa reaksi, keberadaan radiasi elektromagnetik, utamanya ultraviolet, diperlukan untuk memutuskan ikatan yang diperlukan agar reaksi dapat bermulai. Hal ini utamanya terjadi pada reaksi yang melibatkan radikal (Suryana, 2002).
Sifat pereaksi dan ukuran pereaksi menentukan laju reaksi. Semakin relatif dari sifat pereaksi laju reaksi akan semakin bertambah atau reaksi berlangsung semakin cepat. Semakin luas permukaan zat pereaksi laju reaksi akan semakin bertambah, hal ini dijelaskan dengan semakin luas permukaan zat yang bereaksi maka daerah interaksi zat pereaksi semakin luas juga. Permukaan zat pereaksi dapat diperluas dengan memperkecil ukuran pereaksi. Jadi untuk meningkatkan laju reaksi, pada zat pereaksi dalam bentuk serbuk lebih baik bila dibandingkan dalam bentuk bongkahan.
Sifat dasar pereaksi. Zat-zat berbeda secara nyata dalam lajunya mereka mengalami perubahan kimia. Molekul hidrogen dan flour bereaksi secara meledak, bahkan pada temperatur kamar, dengan menghasilkan molekul hidrogen fluorida.
H2 + F2 → 2HF  (sangat cepat pada temperatur kamar)
Pada kondisi serupa, molekul hidrogen dan oksigen bereaksi begitu lambat sehingga tak Nampak perubahan kimia :
2H2 + O2 → H2O (Keenan. 1989).
Sifat dan ukuran pereaksi. Semakin reaktif dari sifat pereaksi laju reaksi akan semakin bertambah atau reaksi berlangsung semakin cepat. Semakin luas permukaan zat pereaksi laju reaksi akan semakin bertambah, hal ini dapat dijelaskan dengan semakin luas permukaan zat yang bereaksi maka daerah interaksi zat pereaksi semakin luas juga. Permukaan zat pereaksi dapat diperluas dengan memperkecil ukuran pereaksi. Jadi untuk meningkatkan laju reaksi, pada zat pereaksi dalam bentuk serbuk lebih baik bila dibandingkan dalam bentuk bongkahan (Petrucci, 1987).
Kandungan cangkang telur antara laian:
1.      Kalsium
Terdiri dari sekitar 1,5% dari berat unggas/ayam, kalsium adalah mineral yang dominan dalam tubuh. Kalsium digunakan untuk pembentukan tulang, kulit telur produksi dan pembekuan darah. Hal ini juga mempengaruhi jantung, otot dan saraf, serta beberapa sistem enzim tubuh. Sebagian besar kalsium tubuh ditemukan dalam kerangka di mana terdiri dari sekitar 1/3 berat tulang kering. Kalsium juga dapat ditemukan dalam cairan tubuh. Kerangka kalsium terutama terdiri dari kalsium fosfat dengan kalsium karbonat. Kalsium karbonat merupakan senyawa utama yang ditemukan pada kulit telur. Pemberian kalsium disarankan untuk pakan ayam peliharaan adalah 0,50% pakan. Dan jumlah yang lebih tinggi diperlukan untuk DOC (Day Old Chiken) dan ayam dalam masa pertumbuhan. Terlalu sedikit kalsium dapat menyebabkan demineralisasi tulang (kropos), kulit telur yang lembut, induk yang memakan telurnya dan tingkat kalsium dalam darah yang tidak memadai. Ada beberapa ayam dapat beradaptasi dengan asupan kalsium yang rendah namun sebagian besar yang tidak dapat beradaptasi akan bermasalah. Penyerapan kalsium terjadi di bagian atas usus dan diatur oleh Vitamin D3. Sebagian penyerapan juga terjadi di bagian bawah usus. Rasio kalsium untuk fosfor tersedia dalam pakan dianjurkan untuk pemeliharaan jaringan tulang yang tepat adalah 2:1. Pakan berprotein tinggi dan asam amino dalam usus berguna untuk membantu penyerapan kalsium. Senyawa, seperti phytates (dalam butir gandum), oxalates (bayam, dan tanaman terkait) dan fosfat , dapat mengurangi penyerapan kalsium. Pakan kaya lemak dapat menghasilkan asam lemak di usus yang dapat mengurangi kalsium tersedia dengan membentuk sabun kalsium larut. Biji-bijian berkadar lemak tinggi (misalnya bunga matahari) juga dapat menghambat serapan kalsium dalam usus.
2.      Fosfor
Fosfor dapat mempengaruhi sistem penyerapan kalsium lebih dari pada elemen lainnya. Ini adalah elemen penting dalam fungsi tubuh termasuk pembentukan tulang, keseimbangan asam-basa, pembentukan telur metabolisme lemak karbohidrat dan protein. Sebanyak 70% dari fosfor dalam makanan mungkin tidak dapat digunakan oleh ayam. Fosfor dari produk hewani atau suplemen anorganik hampir sepenuhnya digunakan. Pemberianfosfor disarankan untuk pakan pemeliharaan adalah 0,25% (0,40% fosfor total). jumlah yang lebih tinggi diperlukan untuk DOC dan ayam dalam masa pertumbuhan. Tapi fosfor yang terlalu tinggi juga dapat menghambat penyerapan kalsium. Dianjurkan ratio 2:01 antara kalsium dan fosfor tersedia dalam makanan yang memadai ditambah Vitamin D3.
3.      Vitamin D3
Vitamin D3 sangat penting dalam mengatur penyerapan dan ekskresi kalsium dan fosfor. Hal ini sangat penting ketika tingkat (rasio) kalsium dan fosfor dalam makanan tidak seimbang. D3 juga dapat mengatur jumlah fosfatase alkalin dalam darah dan berperan dalam sel diferensiasi dan regulasi sistem kekebalan tubuh. Ada 2 bentuk utama dari Vitamin D. Vitamin D2 terutama berasal dari tanaman. Vitamin D3 diproduksi secara eksklusif di dalam tubuh burung ketika sinar matahari bereaksi dengan prekursor vitamin D dalam makanan. sinar ultraviolet dari beberapa sinar matahari atau sumber sinar UV buatan mengubah prekursor vitamin D di kulit ayam untuk kemudian menjadi D3. Sekali lagi, D3 terbentuk di kulit bertindak sebagai hormon dalam metabolisme kalsium dan fosfor. Untuk memenuhi kebutuhan Vit D3 ayam, pemberian yang disarankan adalah sebesar 1000IU(International Unit) Kekurangan vitamin D3 dapat menghasilkan tingkat kalsium yang rendah dan menghasilkan gejala serupa. Ini termasuk kulit telur tipis atau lembut, penurunan produksi telur dan daya tetas, induk memakan telur dan bahkan kejang dan patah tulang. Pada ayam, kurangnya D3 dapat menyebabkan tulang mudah bengkok atau patah (biasanya terjadi pd anak ayam/khutukan). Penyakit yang menyerang hati dan ginjal dan dapat menghambat kemampuan ayam untuk menghasilkan enzim yang diperlukan untuk mengubah vitamin D ke D3. Terlalu banyak Vitamin D3 (D3 hypervitaminosis) dapat menyebabkan kalsifikasi, nephrosis dan asam urat. Dua penelitian menunjukkan bahwa tingkat tinggi D3 Vitamin di burung macaw muda mengakibatkan ginjal membesar, encok dan gejala lain (Anonim, 2013)

















III.             PROSEDUR PERCOBAAN



3.1.   Alat dan Bahan


Pada percobaan pengaruh luas permukaan pada laju reaksi dibutuhkan alat dan bahan. Alat yang dibutuhkan antara lain yaitu: 3 buah botol kaca, balon, dan batu, sedangkan bahan yang digunakan yaitu: asam cuka dan kulit telur.


3.2.   Prosedur Percobaan

Langkah-langkah dalam melakukan percoabaan ini yaitu:
1.      Bersihkan kulit telur menggunakan air lalu keringkan.
2.      Bersihkan botol kaca dari zat pengotornya menggunakan air dan dikeringkan.
3.      Kulit telur yang sudah kering dibagi menjadi 3 kelompok. Kelompok satu hancurkan kulit telur sebedar uang koin Rp 50, kelompok dua hancurkan kulit telur sebesar setengah dari kelompok satu, dan kelompok ketiga dihancurkan sampai seperti pasir.
4.      Masukkan tiap-tiap kelompok kulit telur ke dalam botol kaca yang sudah bersih.
5.      Masukkan asam cuka ke dalam botol yang telah berisi kulit telur sambai tersisa ruang kosong setinggi 25% dari ukuran botol.
6.      Tutup botol menggunakan balon, hitung waktu pada tiap-tiap botol saat reaksi berlangsung.
7.      Amati yang terjadi. Apakah terjadi penggembungan pada balon?
























IV.             DATA PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN



4.1.      Data Pengamatan

Berdasarkan pengamatan didapat hasil percobaan, yaitu:
No
Perlakuan
Waktu (menit)
Keterangan
1
Sampel kulit telur 1 ditambah asam cuka
55
Reaksi pada sampel ini lama
2
Sampel kulit telur 2 ditambah asam cuka
31
Reaksi pada sampel ini lambat
3
Sampel kulit telur 3 ditambah asam cuka
17
Reaksi pada sampel ini cepat.


4.2.      Pembahasan

Laju reaksi merupakan kecepatan suatu zat untuk bereaksi perdetik. Pada percobaan ini dilakukan percobaan sederhana untuk membuktikan bahwa laju reaksi sebuah senyawa dipengaruhi luas permukaan suatu zat untuk bereaksi. Untuk membuktikan percabaan sederhana ini, yang harus dipersiapkan adalah alat dan bahan yang dapat ditemukan di lingkungan sekitar.

Pertama-tama siapkan kulit telur kering yang dihancurkan menjadi tiga bentuk, dari yang paling besar kurang lebih sebesar uang koin 50 rupiah, sampel kulit telur kedua yaitu ukuran sedang, lebih kecil dari ukuran sampel satu, dan sampel ketiga kulit telur dihancurkan dengan ukuran sebesar pasir. Ketiga sampel dimasukkan ke dalam botol kaca yang berbeda yang diberi label sampel 1, 2 dan 3.
Langkah selanjutnya yaitu memasukkan cuka dagang ke dalam semua botol dengan volume sama banyak dan ditutup dengan balon, dan diamati reaksi serta perubahan yang terjadi pada sampel.

Pada percobaan tersebut terjadi reaksi antara kulit telur dan cuka dagang. Reaksi yang terjadi mengakibatkan terbentuknya gelembung-gelembung gas yang menyebabkan balon menjadi menggembung dan semakin lama semakin besar. Namun pada setiap sampel kecepatan balon menggembung berbeda-beda. Hal tersebut dapat terjadi karena rekasi antara kulit telur dan cuka dagang bereaksi dengan sangat cepat. Reaksi tersebut terjadi pada sampel 3, yaitu sampel dengan kulit telur berukuran pasir, dimana pada menit ke-3 balon mulai menggembung dan berdiri, sedangkan pada sampel ke-2 mulai menggembung dan berdiri pada menit ke-5 sedangkan pada sampel ke-1 mulai menggembung dan balon berdiri pada menit ke-11.

Besar maksimal balon menggembung pada masing-masing sampelpun berbeda, pada sampel 3, maksimal besar balon berhenti pada menit ke-6, pada sampel 2 maksimal balon menggembung berhenti pada menit ke-18 dan pada sampel 1 kemampuan menggembung balon maksimal berhenti pada menit ke-32. Dalam hal ini dapat dijelaskan bahwa kondisi ini pada masing-masing sampel telah menurun kinerja pada laju reaksi, sehingga hasil dari reaksi sedikit bahkan mulai berhenti.

Pada reaksi inipun terjadi kejenuhan zat untuk bereaksi, hal tersebut terjadi karena zat yang akan bereaksi hamir tepat habis bereaksi, sehingga sedikit zat  yang dapat direaksikan. Pada kondisi ini terjadi pada sampel 3 pada menit ke-12, sampel 2 pada menit ke-27 dan pada sampel 1 terjadi pada menit ke-47. Reaksi tepat habis dan tidak ada reaksi lagi sampel terjadi pada menit ke-17 papa sampel 3, pada sampel 2 terjadi pada menit ke-31 dan pada sampel 1 terjadi pada menit ke-55.

Berdasarkan pada pengamatan tersebut waktu sampel 1 untuk bereaksi sampai tepat habis bereaksi adalah 55 menit, pada sampel 2 habis bereaksi selama 31 menit dan pada sampel 3 selama 17 menit. Hal ini menandakan bahwa semakin kecil ukuran partikel artinya semakin besar luas permukaan untuk bereaksi suatu zat, maka akan semakin cepat reaksi itu berlangsung. Hal tersebut dapat terjadi karena jika ukuran partikel kecil, maka seluruh permukaan akan berinterkasi langsung dengan zat lain, dan berdasarkan dari bentuk cangkang yang keras, maka yang akan bereaksi terlebih dahulu adalah pada bagian pinggir. Sehingga semakin kecil partikel maka ketika bereaksi, partikel tersebut akan cepat habis dibandingkan yang ukuran partikelnya besar.

Pada percobaan ini dapat diamati karena adanya balon, balon dapat menggembung karena adanya gas yang masuk ke dalam balon. Gas tersebut diperoleh dari hasil reaksi cangkang telur dengan cuka dagang. Hal tersebut terjadi karena salah satu kandungan cangkang atau kulit telur adalah kalsium karbonat, sehingga jika bereaksi dengan cuka akan menghasilkan gas CO2. Reaksi yang terjadi antara keduanya yaitu:

CaCO­3(s)  +  2CH3COOH(l)                           Ca(CH­3COO)2(s)  +  CO2(g)  +  H2O(l)

Kulit telur           Cuka dagang 

Jadi, gas yang membuat balon menjadi menggembung yaitu gas CO2. Jika diamati gas CO2 terdispersi dalam cair sehingga gas CO2 dapat diamati seperti gelembung-gelembung busa bewarna putih.













V.                KESIMPULAN



Pada percobaan ini dapat disimpulkan bahwa:
1.      Semakin besar ukuran partikel, maka waktu yang digunakan untuk bereaksi suatu zat hingga habis bereaksi semakin lama.
2.      Semakin kecil partikel, maka waktu yang digunakan untuk bereaksi suatu zat hingga habis bereaksi semakin cepat.
3.      Pada hasil percobaan dengan membandingkan ketiga sampel, maka laju reaksi dipengaruhi oleh luas permukaan untuk bereaksi.
4.      Reaksi dapat diamati dengan adanya hasil reaksi berupa gas CO2 dalam bentuk koloid, yaitu buih.
5.      Balon dapat menggembung karena hasol reaksi berupa gas karbon dioksida yang dilepas dan tertambpung pada balon.







 







DAFTAR PUSTAKA



Keenan. 1989. Kimia untuk Universitas. Jakarta: Erlangga.

Petrucci, Ralph. 1987. Kimia Dasar. Bogor: Erlangga,

Sunarya, Yayan.2002. Kimia Dasar 2 Berdasarkan Prinsip – Prinsip Kimia Terkini.    Bandung : Alkemi Grafisindo Press.

Anonim. 2013. Kandungan Cangkang Telur. http://repository.usu.ac.id/bitstream /123456789/16191/4/Chapter%20II.pdf. Diakses pada tanggal 29 Mei 2013 pukul 05.58 WIB.

Anonim. 2013. Kinetika Kimia. http://id.wikipedia.org/wiki/laju_reaksi. Diakses pada tanggal 29 Mei 2013 pukul 06.07















LAMPIRAN

















 




Kulit telur sampel 1                  Kulit telur sampel 2               Kulit telur sampel 3








 








Sampel kulit telur dalam botol                                         cuka dagang


 
          




Balon
 Foto sampel pada menit ke 3

                                                               
                                                               
                                                              Foto sampel pada menit ke 6










 





                                             
Foto sampel pada menit ke 11                            Foto pada menit ke 32



 






Foto pada menit ke 118