PENGARUH
LUAS PERMUKAAN PADA LAJU REAKSI
(Modul Praktikum Kimia Dasar)
Oleh
TAZKIYA NURUL
1217011061
![]() |
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMPUNG
2013
PRAKATA
Puji syukur marilah kita ucapkan kepada
Tuhan Yang Maha Esa, karena limpahan kasih sayang-Nyalah makalah ini dapat
terselesaikan dengan baik. Shalawat serta salam senantiasa tercurah pada Nabi
Muhammad saw, beserta keluarganya, sahabatnya serta umatnya hingga akhir nanti.
Modul praktikum kimia dasar dengan judul
“Pengaruh Luas Permukaan Pada Laju Reaksi“ disusun berdasarkan dari berbagai
sumber dengan tujuan untuk membuka wawasan pembaca mengenai laju reaksi. Dengan
modul ini diharapkan pembaca mampu mengerti dan memahami mengenai konsep laju
reaksi dengan baik.
Tak lupa pula penulis mengucapkan
terimakasih kepada semua pihak yang mendukung dan memberikan bimbingan dalam
penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini
belumlah sempurna, namun penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat untuk
pembacanya. Amiin.
Bandarlampung,
Juni 2013
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
Cover……………………………………………………………………………. i
Kata
Pengantar…………………………………………………………………... ii
Daftar
Isi………………………………………………………………………… iii
Bab I.
Pendahuluan……………………………………………………………… 1
1.1. Latar Belakang……………………………………………………………. 1
1.2. Tujuan…………………………………………………………………….. 1
Bab II. Tinjauan
Pusataka………………………………………………………. 2
Bab III.
Prosedur Percobaan…………………………………………………….. 7
3.1. Alat dan Bahan…………………………………………………………… 7
3.2. Prosedur Percobaan………………………………………………………. 7
Bab IV. Hasil
Pengamatan dan Pembahasan……………………………………. 8
4.1. Hasil
Pengamatan……………………………………………………….... 8
4.2. Pembahasan………………………………………………………………. 8
Bab V.
Kesimpulan……………………………………………………………… 11
Daftar
Pustaka…………………………………………………………………… 12
Lampiran…………………………………………………………………………
13
I.
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Reaksi
kimia merupakan proses perubahan suatu zat atau lebih menjadi zat yang lain
dengan sifat yang berbeda dengan zat pembentuknya. Proses reaksi kimia ini
dapat berlangsung lambat dan cepat. Lamanya waktu untuk suatu zat bereaksi
bergantung pada beberapa hal, namun pada umumnya untuk mempercepat reaksi,
suatu zat ditambahkan katalis. Namun untuk menambahkan katalis, maka dibutuhkan
biaya yang lebih besar. Untuk meminimalkan jumlah biaya tersebut, maka dengan
memperbesar luas permukaan untuk bereaksi akan mempercepat suatu laju reaksi.
1.2.
Tujuan
Tujuan
pada percobaan ini yaitu:
1.
Membuktikan
bahwa laju reaksi dipengaruhi oleh luas permukaan reaktan untuk bereaksi.
2.
Melakukan
percobaan laju reaksi sederhana.
Melakukan
percobaan laju reaksi sederhana.
II.
TINJAUAN PUSTAKA
Dalam kimia fisik, kinetika kimia atau kinetika reaksi mempelajari laju reaksi dalam suatu reaksi kimia. Analisis
terhadap pengaruh berbagai kondisi reaksi terhadap laju reaksi memberikan
informasi mengenai mekanisme reaksi dan keadaan transisi dari suatu
reaksi kimia. Pada tahun 1864, Peter Waage merintis pengembangan kinetika kimia
dengan memformulasikan hukum aksi massa, yang menyatakan bahwa kecepatan suatu
reaksi kimia proporsional dengan kuantitas zat yang bereaksi (Anonim, 2013).
Laju reaksi
suatu reaksi kimia merupakan pengukuran bagaimana konsentrasi
ataupun tekanan
zat-zat yang terlibat dalam reaksi berubah seiring dengan berjalannya waktu.
Analisis laju reaksi sangatlah penting dan memiliki banyak kegunaan, misalnya
dalam teknik kimia dan kajian kesetimbangan kimia.
Laju reaksi secara mendasar tergantung pada:
1.
Konsentrasi reaktan,
yang biasanya membuat reaksi berjalan dengan lebih cepat apabila konsentrasinya
dinaikkan. Hal ini diakibatkan karena peningkatan pertumbukan atom per satuan
waktu,
Konsentrasi reaktan,
yang biasanya membuat reaksi berjalan dengan lebih cepat apabila konsentrasinya
dinaikkan. Hal ini diakibatkan karena peningkatan pertumbukan atom per satuan
waktu,
2. Luas permukaan
yang tersedia bagi reaktan untuk saling berinteraksi, terutama reaktan padat
dalam sistem heterogen. Luas permukaan yang besar akan meningkatkan laju
reaksi.
3. Tekanan,
dengan meningkatkan tekanan, kita menurunkan volume antar molekul sehingga akan
meningkatkan frekuensi tumbukan molekul.
4. Energi aktivasi, yang didefinisikan
sebagai jumlah energi yang diperlukan untuk membuat reaksi bermulai dan
berjalan secara spontan. Energi aktivasi yang lebih tinggi mengimplikasikan
bahwa reaktan memerlukan lebih banyak energi untuk memulai reaksi daripada
reaksi yang berenergi aktivasi lebih rendah.
5. Temperatur, yang meningkatkan laju reaksi apabila
dinaikkan, hal ini dikarenakan temperatur yang tinggi meningkatkan energi
molekul, sehingga meningkatkan tumbukan antar molekul per satuan waktu.
6. Keberadaan
ataupun ketiadaan katalis.
Katalis adalah zat yang mengubah lintasan (mekanisme) suatu reaksi dan akan
meningkatkan laju reaksi dengan menurunkan energi aktivasi
yang diperlukan agar reaksi dapat berjalan. Katalis tidak dikonsumsi ataupun
berubah selama reaksi, sehingga ia dapat digunakan kembali.
7. Untuk
beberapa reaksi, keberadaan radiasi elektromagnetik, utamanya ultraviolet,
diperlukan untuk memutuskan ikatan yang diperlukan agar reaksi dapat bermulai.
Hal ini utamanya terjadi pada reaksi yang melibatkan radikal
(Suryana, 2002).
Sifat
pereaksi dan ukuran pereaksi menentukan laju reaksi. Semakin relatif dari sifat
pereaksi laju reaksi akan semakin bertambah atau reaksi berlangsung semakin
cepat. Semakin luas permukaan zat pereaksi laju reaksi akan semakin bertambah,
hal ini dijelaskan dengan semakin luas permukaan zat yang bereaksi maka daerah
interaksi zat pereaksi semakin luas juga. Permukaan zat pereaksi dapat
diperluas dengan memperkecil ukuran pereaksi. Jadi untuk meningkatkan laju
reaksi, pada zat pereaksi dalam bentuk serbuk lebih baik bila dibandingkan
dalam bentuk bongkahan.
Sifat
dasar pereaksi. Zat-zat berbeda secara nyata dalam lajunya mereka mengalami
perubahan kimia. Molekul hidrogen dan flour bereaksi secara meledak, bahkan
pada temperatur kamar, dengan menghasilkan molekul hidrogen fluorida.
H2
+ F2 → 2HF (sangat cepat pada temperatur kamar)
Pada
kondisi serupa, molekul hidrogen dan oksigen bereaksi begitu lambat sehingga
tak Nampak perubahan kimia :
2H2
+ O2 → H2O (Keenan. 1989).
Sifat dan ukuran pereaksi. Semakin reaktif dari sifat
pereaksi laju reaksi akan semakin bertambah atau reaksi berlangsung semakin
cepat. Semakin luas permukaan zat pereaksi laju reaksi akan semakin bertambah,
hal ini dapat dijelaskan dengan semakin luas permukaan zat yang bereaksi maka
daerah interaksi zat pereaksi semakin luas juga. Permukaan zat pereaksi dapat
diperluas dengan memperkecil ukuran pereaksi. Jadi untuk meningkatkan laju
reaksi, pada zat pereaksi dalam bentuk serbuk lebih baik bila dibandingkan
dalam bentuk bongkahan (Petrucci, 1987).
Kandungan cangkang telur antara laian:
1. Kalsium
Terdiri dari sekitar 1,5% dari berat unggas/ayam, kalsium adalah mineral yang dominan dalam tubuh. Kalsium digunakan untuk pembentukan tulang, kulit telur produksi dan pembekuan darah. Hal ini juga mempengaruhi jantung, otot dan saraf, serta beberapa sistem enzim tubuh. Sebagian besar kalsium tubuh ditemukan dalam kerangka di mana terdiri dari sekitar 1/3 berat tulang kering. Kalsium juga dapat ditemukan dalam cairan tubuh. Kerangka kalsium terutama terdiri dari kalsium fosfat dengan kalsium karbonat. Kalsium karbonat merupakan senyawa utama yang ditemukan pada kulit telur. Pemberian kalsium disarankan untuk pakan ayam peliharaan adalah 0,50% pakan. Dan jumlah yang lebih tinggi diperlukan untuk DOC (Day Old Chiken) dan ayam dalam masa pertumbuhan. Terlalu sedikit kalsium dapat menyebabkan demineralisasi tulang (kropos), kulit telur yang lembut, induk yang memakan telurnya dan tingkat kalsium dalam darah yang tidak memadai. Ada beberapa ayam dapat beradaptasi dengan asupan kalsium yang rendah namun sebagian besar yang tidak dapat beradaptasi akan bermasalah. Penyerapan kalsium terjadi di bagian atas usus dan diatur oleh Vitamin D3. Sebagian penyerapan juga terjadi di bagian bawah usus. Rasio kalsium untuk fosfor tersedia dalam pakan dianjurkan untuk pemeliharaan jaringan tulang yang tepat adalah 2:1. Pakan berprotein tinggi dan asam amino dalam usus berguna untuk membantu penyerapan kalsium. Senyawa, seperti phytates (dalam butir gandum), oxalates (bayam, dan tanaman terkait) dan fosfat , dapat mengurangi penyerapan kalsium. Pakan kaya lemak dapat menghasilkan asam lemak di usus yang dapat mengurangi kalsium tersedia dengan membentuk sabun kalsium larut. Biji-bijian berkadar lemak tinggi (misalnya bunga matahari) juga dapat menghambat serapan kalsium dalam usus.
Terdiri dari sekitar 1,5% dari berat unggas/ayam, kalsium adalah mineral yang dominan dalam tubuh. Kalsium digunakan untuk pembentukan tulang, kulit telur produksi dan pembekuan darah. Hal ini juga mempengaruhi jantung, otot dan saraf, serta beberapa sistem enzim tubuh. Sebagian besar kalsium tubuh ditemukan dalam kerangka di mana terdiri dari sekitar 1/3 berat tulang kering. Kalsium juga dapat ditemukan dalam cairan tubuh. Kerangka kalsium terutama terdiri dari kalsium fosfat dengan kalsium karbonat. Kalsium karbonat merupakan senyawa utama yang ditemukan pada kulit telur. Pemberian kalsium disarankan untuk pakan ayam peliharaan adalah 0,50% pakan. Dan jumlah yang lebih tinggi diperlukan untuk DOC (Day Old Chiken) dan ayam dalam masa pertumbuhan. Terlalu sedikit kalsium dapat menyebabkan demineralisasi tulang (kropos), kulit telur yang lembut, induk yang memakan telurnya dan tingkat kalsium dalam darah yang tidak memadai. Ada beberapa ayam dapat beradaptasi dengan asupan kalsium yang rendah namun sebagian besar yang tidak dapat beradaptasi akan bermasalah. Penyerapan kalsium terjadi di bagian atas usus dan diatur oleh Vitamin D3. Sebagian penyerapan juga terjadi di bagian bawah usus. Rasio kalsium untuk fosfor tersedia dalam pakan dianjurkan untuk pemeliharaan jaringan tulang yang tepat adalah 2:1. Pakan berprotein tinggi dan asam amino dalam usus berguna untuk membantu penyerapan kalsium. Senyawa, seperti phytates (dalam butir gandum), oxalates (bayam, dan tanaman terkait) dan fosfat , dapat mengurangi penyerapan kalsium. Pakan kaya lemak dapat menghasilkan asam lemak di usus yang dapat mengurangi kalsium tersedia dengan membentuk sabun kalsium larut. Biji-bijian berkadar lemak tinggi (misalnya bunga matahari) juga dapat menghambat serapan kalsium dalam usus.
2. Fosfor
Fosfor dapat mempengaruhi sistem penyerapan kalsium lebih dari pada elemen lainnya. Ini adalah elemen penting dalam fungsi tubuh termasuk pembentukan tulang, keseimbangan asam-basa, pembentukan telur metabolisme lemak karbohidrat dan protein. Sebanyak 70% dari fosfor dalam makanan mungkin tidak dapat digunakan oleh ayam. Fosfor dari produk hewani atau suplemen anorganik hampir sepenuhnya digunakan. Pemberianfosfor disarankan untuk pakan pemeliharaan adalah 0,25% (0,40% fosfor total). jumlah yang lebih tinggi diperlukan untuk DOC dan ayam dalam masa pertumbuhan. Tapi fosfor yang terlalu tinggi juga dapat menghambat penyerapan kalsium. Dianjurkan ratio 2:01 antara kalsium dan fosfor tersedia dalam makanan yang memadai ditambah Vitamin D3.
Fosfor dapat mempengaruhi sistem penyerapan kalsium lebih dari pada elemen lainnya. Ini adalah elemen penting dalam fungsi tubuh termasuk pembentukan tulang, keseimbangan asam-basa, pembentukan telur metabolisme lemak karbohidrat dan protein. Sebanyak 70% dari fosfor dalam makanan mungkin tidak dapat digunakan oleh ayam. Fosfor dari produk hewani atau suplemen anorganik hampir sepenuhnya digunakan. Pemberianfosfor disarankan untuk pakan pemeliharaan adalah 0,25% (0,40% fosfor total). jumlah yang lebih tinggi diperlukan untuk DOC dan ayam dalam masa pertumbuhan. Tapi fosfor yang terlalu tinggi juga dapat menghambat penyerapan kalsium. Dianjurkan ratio 2:01 antara kalsium dan fosfor tersedia dalam makanan yang memadai ditambah Vitamin D3.
3. Vitamin
D3
Vitamin
D3 sangat penting dalam mengatur penyerapan dan ekskresi kalsium dan fosfor.
Hal ini sangat penting ketika tingkat (rasio) kalsium dan fosfor dalam makanan
tidak seimbang. D3 juga dapat mengatur jumlah fosfatase alkalin dalam darah dan
berperan dalam sel diferensiasi dan regulasi sistem kekebalan tubuh. Ada 2
bentuk utama dari Vitamin D. Vitamin D2 terutama berasal dari tanaman. Vitamin
D3 diproduksi secara eksklusif di dalam tubuh burung ketika sinar matahari
bereaksi dengan prekursor vitamin D dalam makanan. sinar ultraviolet dari
beberapa sinar matahari atau sumber sinar UV buatan mengubah prekursor vitamin
D di kulit ayam untuk kemudian menjadi D3. Sekali lagi, D3 terbentuk di kulit
bertindak sebagai hormon dalam metabolisme kalsium dan fosfor. Untuk memenuhi
kebutuhan Vit D3 ayam, pemberian yang disarankan adalah sebesar
1000IU(International Unit) Kekurangan vitamin D3 dapat menghasilkan tingkat
kalsium yang rendah dan menghasilkan gejala serupa. Ini termasuk kulit telur
tipis atau lembut, penurunan produksi telur dan daya tetas, induk memakan telur
dan bahkan kejang dan patah tulang. Pada ayam, kurangnya D3 dapat menyebabkan
tulang mudah bengkok atau patah (biasanya terjadi pd anak ayam/khutukan).
Penyakit yang menyerang hati dan ginjal dan dapat menghambat kemampuan ayam
untuk menghasilkan enzim yang diperlukan untuk mengubah vitamin D ke D3.
Terlalu banyak Vitamin D3 (D3 hypervitaminosis) dapat menyebabkan kalsifikasi,
nephrosis dan asam urat. Dua penelitian menunjukkan bahwa tingkat tinggi D3
Vitamin di burung macaw muda mengakibatkan ginjal membesar, encok dan gejala
lain (Anonim, 2013)
III.
PROSEDUR PERCOBAAN
3.1.
Alat dan Bahan
Pada
percobaan pengaruh luas permukaan pada laju reaksi dibutuhkan alat dan bahan.
Alat yang dibutuhkan antara lain yaitu: 3 buah botol kaca, balon, dan batu,
sedangkan bahan yang digunakan yaitu: asam cuka dan kulit telur.
3.2.
Prosedur Percobaan
Langkah-langkah
dalam melakukan percoabaan ini yaitu:
1.
Bersihkan
kulit telur menggunakan air lalu keringkan.
2.
Bersihkan
botol kaca dari zat pengotornya menggunakan air dan dikeringkan.
3.
Kulit
telur yang sudah kering dibagi menjadi 3 kelompok. Kelompok satu hancurkan
kulit telur sebedar uang koin Rp 50, kelompok dua hancurkan kulit telur sebesar
setengah dari kelompok satu, dan kelompok ketiga dihancurkan sampai seperti
pasir.
4.
Masukkan
tiap-tiap kelompok kulit telur ke dalam botol kaca yang sudah bersih.
Masukkan
tiap-tiap kelompok kulit telur ke dalam botol kaca yang sudah bersih.
5.
Masukkan
asam cuka ke dalam botol yang telah berisi kulit telur sambai tersisa ruang
kosong setinggi 25% dari ukuran botol.
6.
Tutup
botol menggunakan balon, hitung waktu pada tiap-tiap botol saat reaksi
berlangsung.
7.
Amati
yang terjadi. Apakah terjadi penggembungan pada balon?
IV.
DATA PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
4.1.
Data Pengamatan
Berdasarkan
pengamatan didapat hasil percobaan, yaitu:
|
No
|
Perlakuan
|
Waktu (menit)
|
Keterangan
|
|
1
|
Sampel kulit telur 1 ditambah asam
cuka
|
55
|
Reaksi pada sampel ini lama
|
|
2
|
Sampel kulit telur 2 ditambah asam
cuka
|
31
|
Reaksi pada sampel ini lambat
|
|
3
|
Sampel kulit telur 3 ditambah asam
cuka
|
17
|
Reaksi pada sampel ini cepat.
|
4.2.
Pembahasan
Laju
reaksi merupakan kecepatan suatu zat untuk bereaksi perdetik. Pada percobaan
ini dilakukan percobaan sederhana untuk membuktikan bahwa laju reaksi sebuah
senyawa dipengaruhi luas permukaan suatu zat untuk bereaksi. Untuk membuktikan
percabaan sederhana ini, yang harus dipersiapkan adalah alat dan bahan yang
dapat ditemukan di lingkungan sekitar.
Pertama-tama
siapkan kulit telur kering yang dihancurkan menjadi tiga bentuk, dari yang
paling besar kurang lebih sebesar uang koin 50 rupiah, sampel kulit telur kedua
yaitu ukuran sedang, lebih kecil dari ukuran sampel satu, dan sampel ketiga
kulit telur dihancurkan dengan ukuran sebesar pasir. Ketiga sampel dimasukkan ke
dalam botol kaca yang berbeda yang diberi label sampel 1, 2 dan 3.
Langkah
selanjutnya yaitu memasukkan cuka dagang ke dalam semua botol dengan volume
sama banyak dan ditutup dengan balon, dan diamati reaksi serta perubahan yang
terjadi pada sampel.
Pada
percobaan tersebut terjadi reaksi antara kulit telur dan cuka dagang. Reaksi
yang terjadi mengakibatkan terbentuknya gelembung-gelembung gas yang
menyebabkan balon menjadi menggembung dan semakin lama semakin besar. Namun
pada setiap sampel kecepatan balon menggembung berbeda-beda. Hal tersebut dapat
terjadi karena rekasi antara kulit telur dan cuka dagang bereaksi dengan sangat
cepat. Reaksi tersebut terjadi pada sampel 3, yaitu sampel dengan kulit telur
berukuran pasir, dimana pada menit ke-3 balon mulai menggembung dan berdiri,
sedangkan pada sampel ke-2 mulai menggembung dan berdiri pada menit ke-5
sedangkan pada sampel ke-1 mulai menggembung dan balon berdiri pada menit
ke-11.
Besar
maksimal balon menggembung pada masing-masing sampelpun berbeda, pada sampel 3,
maksimal besar balon berhenti pada menit ke-6, pada sampel 2 maksimal balon
menggembung berhenti pada menit ke-18 dan pada sampel 1 kemampuan menggembung
balon maksimal berhenti pada menit ke-32. Dalam hal ini dapat dijelaskan bahwa
kondisi ini pada masing-masing sampel telah menurun kinerja pada laju reaksi,
sehingga hasil dari reaksi sedikit bahkan mulai berhenti.
Pada
reaksi inipun terjadi kejenuhan zat untuk bereaksi, hal tersebut terjadi karena
zat yang akan bereaksi hamir tepat habis bereaksi, sehingga sedikit zat yang dapat direaksikan. Pada kondisi ini
terjadi pada sampel 3 pada menit ke-12, sampel 2 pada menit ke-27 dan pada
sampel 1 terjadi pada menit ke-47. Reaksi tepat habis dan tidak ada reaksi lagi
sampel terjadi pada menit ke-17 papa sampel 3, pada sampel 2 terjadi pada menit
ke-31 dan pada sampel 1 terjadi pada menit ke-55.
Berdasarkan
pada pengamatan tersebut waktu sampel 1 untuk bereaksi sampai tepat habis
bereaksi adalah 55 menit, pada sampel 2 habis bereaksi selama 31 menit dan pada
sampel 3 selama 17 menit. Hal ini menandakan bahwa semakin kecil ukuran
partikel artinya semakin besar luas permukaan untuk bereaksi suatu zat, maka
akan semakin cepat reaksi itu berlangsung. Hal tersebut dapat terjadi karena
jika ukuran partikel kecil, maka seluruh permukaan akan berinterkasi langsung
dengan zat lain, dan berdasarkan dari bentuk cangkang yang keras, maka yang
akan bereaksi terlebih dahulu adalah pada bagian pinggir. Sehingga semakin
kecil partikel maka ketika bereaksi, partikel tersebut akan cepat habis
dibandingkan yang ukuran partikelnya besar.
Pada
percobaan ini dapat diamati karena adanya balon, balon dapat menggembung karena
adanya gas yang masuk ke dalam balon. Gas tersebut diperoleh dari hasil reaksi
cangkang telur dengan cuka dagang. Hal tersebut terjadi karena salah satu
kandungan cangkang atau kulit telur adalah kalsium karbonat, sehingga jika
bereaksi dengan cuka akan menghasilkan gas CO2. Reaksi yang terjadi
antara keduanya yaitu:
Kulit
telur Cuka dagang
Jadi,
gas yang membuat balon menjadi menggembung yaitu gas CO2. Jika
diamati gas CO2 terdispersi dalam cair sehingga gas CO2
dapat diamati seperti gelembung-gelembung busa bewarna putih.
V.
KESIMPULAN
Pada percobaan ini dapat disimpulkan bahwa:
1.
Semakin
besar ukuran partikel, maka waktu yang digunakan untuk bereaksi suatu zat
hingga habis bereaksi semakin lama.
2.
Semakin
kecil partikel, maka waktu yang digunakan untuk bereaksi suatu zat hingga habis
bereaksi semakin cepat.
3.
Pada
hasil percobaan dengan membandingkan ketiga sampel, maka laju reaksi
dipengaruhi oleh luas permukaan untuk bereaksi.
4.
Reaksi
dapat diamati dengan adanya hasil reaksi berupa gas CO2 dalam bentuk
koloid, yaitu buih.
5.
Balon
dapat menggembung karena hasol reaksi berupa gas karbon dioksida yang dilepas
dan tertambpung pada balon.
![]() |
DAFTAR PUSTAKA
Keenan. 1989. Kimia untuk Universitas. Jakarta:
Erlangga.
Petrucci, Ralph. 1987. Kimia Dasar. Bogor:
Erlangga,
Sunarya, Yayan.2002. Kimia
Dasar 2 Berdasarkan Prinsip – Prinsip Kimia Terkini. Bandung : Alkemi Grafisindo Press.
Anonim. 2013. Kandungan Cangkang Telur. http://repository.usu.ac.id/bitstream
/123456789/16191/4/Chapter%20II.pdf. Diakses pada tanggal 29
Mei 2013 pukul 05.58 WIB.
Anonim. 2013. Kinetika Kimia. http://id.wikipedia.org/wiki/laju_reaksi. Diakses pada tanggal 29 Mei 2013
pukul 06.07
LAMPIRAN
![]() |
|||||
![]() |
|||||
![]() |
|||||
Kulit telur sampel 1 Kulit telur sampel 2 Kulit telur sampel 3
![]() |
|||
![]() |
|||
Sampel kulit telur dalam botol cuka
dagang
![]() |
Balon
Foto sampel
pada menit ke 3
Foto sampel pada menit ke 6
![]() |
![]() |
||
Foto sampel pada menit ke 11 Foto pada menit ke 32
![]() |
Foto pada menit ke 118











Tidak ada komentar:
Posting Komentar