PERKEMBANGAN
TEORI ASAM BASA
Oleh
Kelompok 3
Arya
Rifansyah 1217011008
Dwi
Anggraini 1217011016
Fenti
Visiamah 1217011023
Ruliana
juni anita 1217011051
Tazkiya
Nurul 1217011061
![]() |
JURUSAN
KIMIA
FAKULTAS
MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS
LAMPUNG
2014
DAFTAR ISI
Judul Halaman
Daftar isi.................................................................................................. 2
I.
Pendahuluan................................................................................... 3
1.1 Latar Belakang............................................................................. 4
1.2 Tujuan.......................................................................................... 5
II.
Pembahasan.................................................................................... 5
2.1 Sejarah Perkembangan Teori Asam Basa..................................... 5
2.2 Perkembangan Teori Asam dan Basa sebelum
tahun 1880-an.............................................................................. 5
2.3 Perkembangan Teori Asam dan Basa sesudah
tahun 1880-an (menuju abad ke-19)............................................ 7
2.3.1
Teori Asam Basa Arhenius.................................................... 7
2.3.2
Teori Asma Basa Bronsted-Lowry........................................ 8
2.3.3
Teori Asam Basa Lewis......................................................... 12
2.3.4
Teori Asam Basa Usanovich.................................................. 16
2.3.5
Teori Asam Basa Lux-Flood.................................................. 17
2.3.6
Teori Asam Basa Sistem Pelarut............................................ 18
2.3.7
Teori Asam Basa Pearson...................................................... 19
III.
Kesimpulan..................................................................................... 21
Daftar Pustaka......................................................................................... 22
I.
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Asam basa sangat berkaitan erat
dengan kehidupan sehari-hari. Hal inilah yang menyebabkan asam basa menjadi
topik yang tak ada habisnya untuk dibahas dan dikembangkan oleh para ilmuan.
Bahkan hal ini telah menjadi perhatian sejak berabad-abad lalu. Para ilmuan
terdahulu telah banyak mencetuskan berbagai teori untuk menjelaskan mengenai
hal ini. Hingga saat inipun teori mengenai asam basa ini terus disempurankan.
Dimulai dari teori yang paling sederhana oleh Antoine Laurent Lavoiser pada
tahun 1777, teori ini terus berkembang dan mencapai penyempurnaan
hingga sekarang. Pada awalnya asam dan basa dijelaskan secara terbatas,
sehingga hanya beberapa senyawa yang digolongkan sebagai asam atau basa. Namun
dengan berkembangnya teori ini, asam dan basa dapat dijelaskan secara lebih
luas dan senyawa yang digolongkan sebagai asam dan basa semakin banyak.
Pentingnya asam basa bagi kehidupan
sehari-hari dapat dilihat dari banyaknya senyawa yang tergolong asam atau basa
yang diperlukan makhluk hidup. Sebagai contoh, manusia yang membutuhkan obat
yang bersifat basa untuk mengurangi tingginya asam lambung. Tak hanya itu,
banyak hal lagi yang berkaitan dengan asam dan basa misalnya sabun yang
berbahan dasar basa, asam cuka untuk
kebutuhan memasak dan lain-lain. Asam basa memang layak dan penting untuk terus
dikembangkan mengingat fungsinya yang banyak menunjang kehidupan sehari-hari.
Oleh sebab itu untuk lebih memahami mengenai asam dan basa dalam makalah ini akan dijelaskan mengenai
perkembangan teori asam dan basa.
1.2 Tujuan
1. Mengetahui
perkembangan asam dan basa
2. Lebih
memahami mengenai asam dan basa
3. Mengetahui
kelebihan dan kekurangan dari masing-masing teori
II.
PEMBAHASAN
2.1 Awal Mula Kemunculan Teori Asam
dan Basa
Istilah
“asam” berasal dari bahasa-bahasa eropa seperti acetum (bahasa Latin),
acid (bahasa Inggris), zuur (bahasa Belanda), atau Säure
(bahasa Jerman) yang artinya berhubungan dengan rasa masam. Basa merupakan
golongan zat kimia yang pertama kali diturunkan dari dari abu berbagai tanaman
dan oleh sebab itu sering juga disebut alkali, yang berasal dari bahasa arab al
qili yang berarti abu tumbuh-tumbuhan.
Asam dan basa merupakan sifat yang dimiliki oleh zat-zat kimia.
Sifat ini telah diketahui sejak berabad-abad lalu. Hingga di pertengahan
abad ke-17, studi mendasar tentang asam dan basa dimulai. Studi mendasar
tentang asam dan basa terus mengalami perkembangan hingga melahirkan banyak
teori. Perkembangan tersebut dapat dibagi menjadi dua periode, yaitu
sebelum tahun 1880-an yang merupakan teori asam basa yang sederhana, dan
sesudah tahun 1880-an(menuju abad ke-19) yang merupakan teori asam basa yang
lebih kompleks. Dalam perkembangan teorinya, para ilmuan berusaha
mendefinisikan asam dan basa sebenarnya, serta penggolongannya. Penentuan suatu
zat termasuk dalam golongan asam atau basa semata-mata bergantung pada
sifat-sifat unik yang dapat diamati dari sifat zat tersebut.
2.2 Perkembangan Teori Asam dan Basa
sebelum tahun 1880-an
Sebelum
perkembangan kimia, asam didefinisikan sebagai sesuatu yang masam, dan alkali
sebagai sesuatu yang akan menghilangkan, atau menetralkan efek asam. Hingga untuk
pertama kalinya, sifat-sifat asam disistematisasikan oleh Robert boyle. Robert
Boyle mengetahui bahwa sifat-sifat asam adalah pelarut bagi banyak zat, dapat
mengendapkan belerang dari larutan alkali dan dapat mengubah warna ubar nabati
dari warna biru menjadi merah, memiliki daya pelarut tinggi, mampu mengubah
warna tumbuh-tumbuhan tertentu, serta mampu mengubah rasa dan warna makanan.
Selanjutnya pada tahun 1744, Roulle
mengenalkan basa sebagai kelas senyawa yang lebih umum dari golongan alkali.
Roulle berpendapat bahwa garam berasal dari gabungan asam dan basa, sehingga
basa dapat diartikan sebagai spesi yang bereaksi dengan asam membentuk garam.
Menurut Roulle, kelompok senyawa yang dikenal sebagai basa adalah alkali,
alkali tanah, logam dan beberapa minyak.
Penyimpangan pertama dari definisi
eksperimental mengenai asam muncul dari studi Antoine Laurent Lavoisier
pada tahun 1787. Lavoisier mengamati
bahwa banyak asam yang dijumpai berasal dari penggabungan unsur oksigen dengan
metaloid seperti belerang dan fosfor. Percobaannya membuktikan bahwa
senyawa-senyawa yang mengandung atom C, N dan S jika dibakar dengan oksigen
kemudian dilarutkan dalam air akan menghasilkan larutan yang bersifat asam. Hal
ini menyebabkan Lavoisier menyimpulkan bahwa sifat-sifat khusus dari asam
disebabkan oleh adanya oksigen. Namun, kesimpulan Lavoisier ini diragukan oleh
beberapa ilmuan. Hingga pada tahun 1810,
Sir Humphry Davy
menemukan bahwa asam muriatat atau asam hidroklorida tidak mengandung unsur
oksigen. Pada mulanya, sekitar tahun 1814,
ia berpendapat bahwa sifat asam dari suatu zat tidak bergantung pada partikel
pembentuknya tapi lebih disebabkan oleh kemasan khusus dari berbagai zat. Namun
pada tahun 1816, ia menyatakan bahwa
hidrogen terdapat pada semua spesies asam, tapi tidak semua senyawa yang
mengandung hidrogen adalah asam.
Pada tahun 1814 juga, Joseph Louis Gay-Lussac menyimpulkan
bahwa asam adalah zat yang dapat menetralkan alkali dan kedua golongan senyawa
itu hanya dapat didefinisikan dalam kaitan satu sama lain. Demi untuk tetap
mempertahankan pendapat Lavoisier, Gay-Lussac mengusulkan suatu golongan asam
yang tidak mengandung oksigen sebagai golongan hidrasida. Namun pandangan ini
tidak bertahan lama. Pada tahun 1838,
Liebig
mengemukakan pandangannya adalah lebih sederhana untuk memandang asam sebagai
senyawa yang mengandung atom hidrogen yang dapat diganti oleh logam. Definisi
dari Liebig ini bertahan kurang lebih 50
tahun dengan sedikit perubahan
2.3 Perkembangan Teori
Asam dan Basa sesudah tahun 1880-an (menuju abad ke-19)
2.3.1
Teori
asam basa Arrhenius
Arrhenius
mengemukakan suatu teori dalam disertasinya (1883) yaitu bahwa senyawa ionik
dalam larutan akan terdissosiasi menjadi ion-ion penyusunnya. Pada tahun 1884, Konsep yang cukup memuaskan
tentang asam dan basa dikemukakan oleh Svante
August Arrhenius. Arrhenius adalah seorang ilmuwan Swedia, mendefinisikan
teori asam-basa sebagai berikut:
·
Asam adalah suatu spesies yang apabila
dilarutkan dalam air akan menghasilkan
ion H+.
HCl (aq) → H+(aq)
+ Cl-(aq))
·
Basa adalah suatu spesies yang bila dilarutkan
dalam air akan menghasilkan ion OH-.
NaOH (aq) → Na+ (aq) + OH – (aq)
·
Reaksi netralisasi adalah
reakai antara asam dengan basa yang menghasilkan garam:
HCl (aq)
+ NaOH (aq) → NaCl (aq) + H2O(ℓ)
H+(aq) + OH – (aq)
→H2O (ℓ)
Macam-macam
asam menurut teori Arrhenius:
a. Asam monoprotik, yaitu asam yang memiliki satu valensi
asam (monovalen). Contoh: HCl, HF, HBr.
b. Asam poliprotik, yaitu asam yang memiliki dua atau tiga
valensi asam (polivalen).
Contoh: H2SO4, H2S, H3PO3.
Kekuatan asam dan
basa menurut
teori Arrhenius didasarkan atas konsentrasi H+ dan OH–.
a. Asam kuat memiliki konsentrasi H+ yang besar, asam lemah memiliki
konsentrasi H+ yang kecil.
b. Basa kuat memiliki konsentrasi OH– yang besar, basa
lemah memiliki konsentrasi OH– yang kecil.
Kekurangan
teori asam-basa
Arrhenius:
1) Teori asam-basa Arrhenius Hanya dapat
menjelaskan sifat asam-basa apabila suatu zat dilarutkan dalam air.
2) Tidak dapat menjelaskan sifat basa amonia dan natrium karbonat
yang tidak mengandung ion OH– namun dapat menghasilkan ion OH–
ketika dilarutkan dalam air.
2.3.2
Teori
asam basa Bronsted-Lowry
Di tahun 1923, kimiawan Denmark Johannes Nicolaus Bronsted (1879-1947) dan
kimiawan Inggris Thomas Martin Lowry (1874-1936) secara independen dan terpisah
mengusulkan teori asam basa baru. Pengertian
asam dan basa yang dikemukakan oleh Bronsted – Lowry memperbaiki kelemahan teori asam – basa Arrhenius. Teori ini kemudiani lebih dikenal sebagai teori asam basa Bronsted-Lowry sebagai
penghargaan bagi mereka berdua.
Menurut Bronsted-Lowry:
·
Asam:
zat/senyawa yang dapat mendonorkan proton (H+
) bisa berupa kation atau molekul netral.
·
Basa:
zat/senyawa yang dapat menerima proton (H+
) bisa berupa anion atau molekul netral.
Konsep asam basa Bronsted-Lowry
tidak menentang konsep asam-basa Arrhenius akan tetapi bisa dikatakan sebagai
perluasan dari konsep tersebut. Ciri-ciri teori asam – basa Bronsted-Lowry:
·
Setiap zat yang disebut asam oleh Arrhenius juga digolongkan
asam oleh teori Bronsted-Lowry. Demikian juga dengan basa.
·
Zat-zat tertentu yang tidak digolongkan basa oleh teori
Arrhenius, oleh teori Bronsted-Lowry dimasukkan golongan basa, misalnya OCl-
dan H2PO4-
Kelebihan teori asam dan
basa Bronsted – Lowry :
·
Konsep asam – basa
menurut Bronsted –Lowry tidak terbatas dalam pelarut air, tetapi juga menjelaskan
reaksi asam – basa dalam pelarut lain atau bahkan reaksi tanpa pelarut.
·
Asam dan basa dari
Bronsted – Lowry tidak hanya berupa molekul, tetapi dapat juga berupa kation atau
anion. Konsep asam dan basa dari Bronsted – Lowry dapat menjelaskan sifat asam
suatu senyawa.
Kekurangan teori asam basa Bronsted – Lowry :
·
Teori Bronsted-Lowry
memiliki kelemahan yaitu tidak mampu menjelaskan alasan suatu reaksi asam
dengan basa dapat terjadi tanpa adanya transfer proton dari yang bersifat asam
ke yang bersifat basa.
·
Sifat suatu zat tidak pasti ( bisa asam atau pun basa ), tergantung pada
pasangan reaksinya. Contoh : air bisa bersifat asam, jika bereaksi dengan NH3
dan akan bersifat basa, jika bereaksi dengan CH3COOH.
Menurut
Lowry dan Bronsted, zat dikatakan sebagai asam karena memiliki kemampuan untuk
mendonorkan protonnya, sedangkan basa adalah zat yang menerima proton, sehingga
dalam sebuah reaksi dapat melibatkan asam dan basa.
Reaksi asam-basa Bronsted-Lowry
dapat dituliskan sebagai berikut :
Asam adalah
suatu ion atau molekul yang berperan sebagai pemberi (donor) proton atau ion H+
kepada ion atau molekul lain. Contoh :
Untuk reaksi ke kanan : HCl merupakan asam karena
memberikan ion H+ (donor proton ) kepada molekul H2O,
sehingga H2O berubah menjadi ion H3O+.
Untuk reaksi ke kiri : Ion H3O+ merupakan
asam karena memberikan ion H+ (donor proton ) kepada ion Cl-,
sehingga ion Cl- berubah menjadi molekul HCl.
Sedangkan, Basa adalah suatu ion atau molekul
yang menerima (akseptor) ion H+ atau proton. Contoh :
Untuk
reaksi ke kanan : H2O
merupakan basa karena menerima ion H+ (akseptor proton) dari molekul
HCl, sehingga HCl berubah menjadi ion Cl-.
Untuk
reaksi ke kiri : Ion Cl-
merupakan basa karena menerima ion H+ ( akseptor proton ) dari
ion H3O+, sehingga ion H3O+ berubah
menjadi molekul H2O.
Dalam
suatu persamaan reaksi asam – basa berdasarkan teori Bronsted – Lowry, suatu
asam dan basa masing – masing mempunyai pasangan. Pasangan asam disebut basa
konjugasi sedangkan pasangan basa disebut asam konjugasi.
HCl ( asam 1 )
dan ion Cl- ( basa 1 ) merupakan pasangan asam-basa konjugasi,
demikian juga dengan ion H3O+ ( asam 2 ) dan H2O
( basa 2 ).

Reaksi
kekiri H2O berperan sebagai aseptor proton (basa2) dan HCl sebagai
donor proton (asam1). Sedangkan reaksi kekanan, ion amonium H3O+
dapat mendonorkan protonnya, sehingga berperan sebagai asam dan disebut dengan
asam konjugasi sedangkan ion Cl- berperan sebagai basa dan disebut
dengan basa konjugasi. Reaksi diatas menghasilkan pasangan asam basa konjugasi,
yaitu asam 1 dengan basa konjugasinya, dan basa 2 dengan asam
konjugasinya.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan
dalam asam basa konjugasi:
*
Molekul atau ion yang
membentuk pasangan asam basa harus berbeda hanya satu ion. Dalam suatu
pasangan, asam selalu memilki kelebihan satu ion dari basa.
*
Asam konjugasi dapat
dicari dengan cara menambahkan satu ion pada
zat tersebut, sedangkan basa konjugasi dapat dicari dengan menghilangkan satu
ion pada zat tersebut.
*
Molekul atau ion yang
mengandung atom H serta atom yang memiliki pasangan elektron bebas dapat
bersifat asam (memberikan ion) dan bersifat basa (menerima ion) zat semacam ini
disebut amfibrotik atu amfoter.
Hubungan
antara teori Bronsted-Lowry dan teori Arrhenius
Teori
Bronsted-Lowry tidak berlawanan dengan teori Arrhenius – Teori Bronsted-Lowry
merupakan perluasan teori Arrhenius. Ion hidroksida tetap berlaku sebagai basa
karena ion hidroksida menerima ion hidrogen dari asam dan membentuk air. Asam menghasilkan
ion hidrogen dalam larutan karena asam bereaksi dengan molekul air melalui
pemberian sebuah proton pada molekul air. Ketika gas hidrogen klorida
dilarutkan dalam air untuk menghasilkan asam hidroklorida, molekul hidrogen
klorida memberikan sebuah proton (sebuah ion hidrogen) ke molekul air. Ikatan
koordinasi (kovalen dativ) terbentuk antara satu pasangan mandiri pada oksigen
dan hidrogen dari HCl. Menghasilkan ion hidroksonium, H3O+.
OH-(aq)
+ H+(aq) → H2O(l)
HCl(aq)
+ H2O(l) → H3O+(aq) + Cl-(aq)
2.3.3
Teori
Asam-Basa Lewis
Pada tahun 1923,
ketika Bronsted dan Lowry mengusulkan teori asam-basanya seorang ahli kimia
Amerika Serikat, Gilbert N. Lewis, mengemukakan teorinya tentang asam basa
juga. Lewis mengusulkan teori berdasarkan serah terima pasangan electron dan
teori oktet dengan memikirkan bahwa teori asam basa sebagai masalah dasar yang
harus diselesaikan berlandaskan teori struktur atom, bukan berdasarkan hasil
percobaan.
Pada umumnya definisi asam-basa
mengikuti apa yang dinyatakan oleh Arrhenius atau Bronsted-Lowry, tapi
dengan adanya struktur yang diajukan Lewis muncul definisi asam dan basa baru.
*
Asam Lewis didefinisikan sebagai spesi yang menerima
pasangan elektron.
*
Basa Lewis didefinisikan sebagai spesi yang memberikan
pasangan elektron.
Kelebihan
teori asam dan basa Lewis :
·
Teori asam dan basa Lewis
mampu menjelaskan suatu zat memiliki sifat basa dan asam dengan pelarut lain
dan bahkan dengan yang tidak mempunyai pelarut.
·
Teori asam dan basa Lewis
mampu menjelaskan suatu zat memiliki sifat basa dan asam molekul atau ion yang
memiliki PEB atau pasangan elektron bebas. Contoh terdapat pada proses
pembentukan senyawa komplek.
·
Teori asam dan basa Lewis
mampu menerangkan dan menjelaskan suatu senyawa bersifat basa dari zat-zat
organik, contohnya dalam DNA dan RNA didalamnya mengandung atom N,
nitrogen, dimana memiliki PEB atau pasangan elektron bebas.
Kekurangan
teori basa dan asam Lewis :
Teori Lewis
memiliki kelemahan yaitu hanya mampu menjelaskan asam-basa yang memiliki 8
ion atau oktet.
Teori asam dan basa menurut Lewis tidak ada kaitannya dengan
transfer proton atau H+, namun berkaitan dengan pelepasan dan
penggabungan pasangan elektron bebas. Konsep asam dan basa Lewis ini sudah
mencakup 2 konsep penemunya yang dahulu, Arrhenius dan Bronsted – Lowry. Zat
bersifat basa memiliki pasangan elektron bebas yang bisa diberikan untuk
membentuk ikata kovalen koordinat. Sedangkan asam memiliki kemampuan untuk
menerima dan mengikat pasangan elektron bebas. Jadi, jika konsepnya seperti ini
berarti tidak ada hubungannya dengan konsep proton. Jadi dapat disimpulkan
bahwa pengertian asam menurut lewis adalah zat atau senyawa yang menerima
pasangan elektron bebas / PEB. Pengertian basa menurut Lewis adalah zat atau
senyawa yang memberikan pasangan elektron bebas / PEB. Konsep
asam-basa yang dikembangkan oleh Lewis didasarkan pada ikatan kovalen
koordinasi Contoh :
Spesi
yang memberikan pasangan elektron dalam membentuk ikatan kovalen koordinasi
akan bertindak sebagai basa; sedangkan spesi yang menerima pasangan elektron
bertindak sebagai asam.
Perkembangan selanjutnya adalah konsep asam-basa Lewis, zat
dikatakan sebagai asam karena zat tersebut dapat menerima pasangan elektron
bebas dan sebaliknya dikatakan sebagai basa jika dapat menyumbangkan pasangan
elektron.
Asam Lewis merupakan
senyawa yang mampu menerima sepasang elektron bebas atau akseptor electron.
BF3
+ F-–> BF4-
Reaksi
ini melibatkan koordinasi boron trifluorida pada pasangan elektron bebas ion
fluorida. Menurut teori asam basa Lewis, BF3 adalah asam. Untuk
membedakan asam semacam BF3 dari asam protik (yang melepas proton,
dengan kata lain, asam dalam kerangka teori Arrhenius dan Bronsted Lowry), asam
ini disebut dengan asam Lewis. Boron membentuk senyawa yang tidak memenuhi
aturan oktet, dan dengan demikian adalah contoh khas unsur yang membentuk asam
Lewis.
Beberapa contoh asam Lewis yang tidak
tergolong asam menurut teori
asam basa Bronsted-Lowry adalah karbokation, BF3,
AlCl3, FeCl3. Semua senyawa ini mempunyai orbital kosong
yang dapat menerima pasangan elektron membentuk ikatan kovalen koordinasi.
Basa
Lewis adalah
donor pasangan elektron bebas, spesi berupa molekul atau ion yang memiliki
tendensi untuk mendonorkan pasangan elektron bebasnya maka digolongkan dalam
basa Lewis. Contoh basa Lewis adalah ion halide ( Cl-, F-, Br- dan I-),
ammonia, ion hidroksida, molekul air, senyawa yang mengandung N, O, atau S,
senyawa golongan eter, ketone, molekul CO2 dan lain-lain. Gambar dibawah
menunjukkan basa Lewis dengan pasangan elektron bebasnya.
Namun
dalam kenyataan molekul yang tidak mencapai oktet sering merupakan asam Lewis
yang kuat karena molekul tersebut dapat mencapai konfigurasi oktet dengan
menerima pasangan elektron tak berikatan. Senyawa yang termasuk dalam perioda
yang lebih bawah dari perioda dua dapat bertindak sebagai asam Lewis sangat
baik, dengan memperbanyak susunan valensi terluar mereka.
Dalam
reaksi dibawah ini atom pusat dikelilingi 12 elektron valensi, elektronnya
menjadi lebih banyak dari 8. Akibatnya, SnCl4 bertindak sebagai asam
Lewis berdasarkan reaksi berikut:
SnCl (l) + 2Cl-
(aq) → SnCl62- (aq)
Hubungan antara teori Lewis dan teori Bronsted-Lowry
Basa Lewis
Hal yang
paling mudah untuk melihat hubungan tersebut adalah dengan meninjau dengan
tepat mengenai basa Bronsted-Lowry ketika basa Bronsted-Lowry menerima ion
hidrogen. Tiga basa Bronsted-Lowry dapat kita lihat pada ion hidroksida, amonia
dan air, dan ketianya bersifat khas.
Teori Bronsted-Lowry mengatakan bahwa ketiganya
berperilaku sebagai basa karena ketiganya bergabung dengan ion hidrogen. Alasan
ketiganya bergabung dengan ion hidrigen adalah karena ketiganya memiliki
pasangan elektron mandiri, seperti yang dikatakan oleh Teori Lewis. Keduanya
konsisten.
Pada teori Lewis, tiap reaksi yang menggunakan amonia
dan air menggunakan pasangan elektron mandiri-nya untuk membentuk ikatan
koordinasi yang akan terhitung selama keduanya berperilaku sebagai basa.
Berikut ini reaksi yang akan anda temukan pada halaman yang berhubungan dengan
ikatan koordinasi. Amonia bereaksi dengan BF3 melalui penggunaan
pasangan elektron mandiri yang dimilikinya untuk membentuk ikatan koordinasi
dengan orbital kosong pada boron.
Sepanjang menyangkut amonia, amonia menjadi sama
persis seperti ketika amonia bereaksi dengan sebuah ion hidrogen – amonia
menggunakan pasangan elektron mandiri-nya untuk membentuk ikatan koordinasi.
Jika anda memperlakukannya sebagai basa pada suatu kasus, hal ini akan berlaku
juga pada kasus yang lain.
2.3.4
Teori
Asam basa Usanovich
Pada
tahun 1938, Mikhail usanovich mengembangkan teori asam yang lebih umum dari
teori asam basa lewis. Adapun definisi asam dan basa menurut teori ini adalah
sebagai berikut:
Asam
adalah spesi yang menyumbangkan kation untuk yang kemudian menerima anion atau
menetralkan basa menghasilkan garam.
Basa
didefinisikan sebagai spesi yang menyumbangkan anion(elektron) yang kemudian
bergabung dengan kation atau menetralkan asam menghasilkan garam.
Teori
asam dan basa usanovich merupakan konsep redoks(reduksi-oksidasi) sebagai kasus
khusus dalam reaksi asam basa. Beberapa contoh reaksi asam-basa Usanovich:
Na2O (basa) + SO3(asam)→ 2Na+ +SO32- (yg dipertukarkan: anion O2-)
Na2O (basa) + SO3(asam)→ 2Na+ +SO32- (yg dipertukarkan: anion O2-)
3(NH4)2S(basa) + Sb2S3 (asam) → 6 NH4+ + 2 SbS4
(yg
dipertukarkan: anion S2-)
Na (basa) + Cl (asam) → Na+ + Cl− (yg dipertukarkan: elektron)
Na (basa) + Cl (asam) → Na+ + Cl− (yg dipertukarkan: elektron)
2.3.5
Teori
Asam basa Lux-Flood
Pada tahun 1939,
kimiawan jerman Hermann Lux mengemukakan teori asam basa oksigen. Kemudian pada
tahun 1947, Håkon Flood mengembangkan kembali teori ini yang hingga sekarang
masih digunakan pada bidang geokimia modern dan lelehan garam.
Adapun definisi asam
dan basa menurut teori ini adalah sebagai berikut:
Asam
adalah akseptor ion oksida (O2-)
Basa
adalah donor ion oksida (O2-)
Contoh:
MgO(basa)+CO2(asam)→MgCO3
CaO(basa)+SiO2(asam)→CaSiO3
NO3− (basa) + S2O72− (asam) →NO2+ + 2 SO42−
MgO(basa)+CO2(asam)→MgCO3
CaO(basa)+SiO2(asam)→CaSiO3
NO3− (basa) + S2O72− (asam) →NO2+ + 2 SO42−
Sistem asam basa lux-flood merupakan sistem asam basa
dalam larutan non protik yang tidak dapat menggunakan definisi asam basa
bronsted-lowry. Sistem asam basa lux-flood merupakan aspek anhidrida asam basa.
Asam lux-flood adalah anhidrida asam. Contoh reaksinya:
Basa lux-flood adalah anhidrida basa. Contoh reaksinya:
Kekurangan
teori asam basa lux-flood:
Teori asam basa
lux-flood terbatas pada system lelehan oksida.
Kelebihan
teori asam basa lux-flood:
Karaktersasi oksida
logam dan non logam menggunakan sistem ini bermanfaat dalam industri pembuatan
logam.
2.3.6
Teori
asam basa system pelarut
Asam basa sistem
basa sistem pelarut dikembangkan oleh Cady Esley.
Berdasarkan teori ini, asam sistem
pelarut yaitu spesies kimia yang bila dilarutkan dalam pelarut tertentu dapat
meningkatkan konsentrasi kation karakteristik dari pelarut tersebut.
Contoh cairan NH4Cl dilarutkan dalam
cairan NH3, maka NH4Cl bertindak sebagia asam sistem
pelarut karena dalam NH3, cairan NH4Cl teriosisasi
menjadi NH4+ + Cl-. NH4+
inilah yang disebut kation karakteristik pelarut (KKP).
Sedangkan basa
sistem pelarut yaitu suatu spesi kimia yang bila dilarutkan dalam pelarut
tertentu dapat meningkatkan anion karakteristik plarut tersebut.
Contoh melarutkan kristal NaCl dalam cairan POCl2,
maka NaCl disebut anion karakteristik pelarut (AKP). Karena dalam campuran NaCl
terurai menjadi Na+ dan Cl-. Cl- inilah yang
disebut AKP.
Kelebihan
dari teori ini adalah sifat keasaman dan kebasaan suatu senyawa dapat
ditingkatkan karakteristiknya.
Kelemahan
dari teori ini adalah tidak semua pelarut dapat atau mampu meningkatkan
karakteristik sifat keasaman ataupun kebasaan suatu senyawa.
2.3.7 Teori Asam Basa Pearson (Theory HSAB)
Pada
tahun 1963, Ralph Pearson
mengusulkan sebuah konsep kualitatif yang dikenal dengan prinsip Hard Soft Acid Base (Asam Basa Keras
Lunak), yang kemudian dibuat secara kuantitatif dengan bantuan Robert Parr pada tahun 1984.
Asam keras dan basa keras cenderung memiliki karakteristik:
·
atom atau ion yang berukuran kecil
·
bilangan oksidasi tinggi
·
polarisabilitas rendah
·
elektronegatifitas tinggi (untuk basa)
·
basa keras mempunyai energi highest-occupied
molecular orbitals (HOMO) rendah, dan asam keras
mempunyai energi lowest-unoccupied molecular orbitals (LUMO) tinggi
Contoh
asam keras: H+,
ion logam alkali (Li+, Na+, K+), Ti4+, Cr3+, Cr6+, BF3.
Contoh basa keras: OH–, F–, Cl–, NH3, CH3COO–, CO32–.
Contoh basa keras: OH–, F–, Cl–, NH3, CH3COO–, CO32–.
Asam lunak dan basa lunak cenderung memiliki karakteristik:
·
atom atau ion berukuran besar
·
bilangan oksidasi yang rendah atau nol
·
polarisabilitas tinggi
·
elektronegativitas rendah (basa lunak)
·
basa lunak mempunyai energi HOMO lebih tinggi
daripada basa keras, dan asam lunak mempunyai energi LUMO lebih rendah daripada
asam keras. (Walaupun energi HOMO basa lunak masih lebih rendah daripada energi
LUMO asam lunak)
Contoh
asam lunak: CH3Hg+, Pt2+, Pd2+, Ag+, Au+, Hg2+, Hg22+, Cd2+, BH3.
Contoh basa lunak: H–, R3P, SCN–, I–.
Contoh basa lunak: H–, R3P, SCN–, I–.
Asam dan basa berinteraksi, dan
interaksi paling stabil jika antara asam basa keras-keras dan asam basa
lunak-lunak. Teori ini telah digunakan pada kimia organik dan kimia anorganik.
Kelebihan pada teori ini adalah interaksi
antara asam dengan basa bila dalam satu golongan, keras-keras dan lunak-lunak
maka akan terjadi interaksi yang stabil.
Kelemahan pada teori ini interaksi kurang
stabil bila yang berinteraksi antara asam basa keras-lunak atau asam basa
lunak-keras.
III.
KESIMPULAN
Pada
pembahasan ini dapat disimpulkan bahwa penjelasan mengenai asam basa
bermacam-macam bergantung pada masing-masing pencetusnya. Namun secara garis
besar dapat dijelaskan bahwa:
1. Asam
adalah spesi yang mengandung atom hidrogen
atau lainnya yang berupa kation yang mampu mendonorkan proton atau sebagai
akseptor ion oksida.
2. Basa
adalah spesi yang dapat berupa ion hidroksida atau yang lainnya yang berupa
anion yang menerima proton atau sebagai
donor oksida.
3. Setiap
teori asam basa memiliki keunggulan dan kelemahan masing-masing.
4. Teori
asam basa selalu mengalami perkembangan sebagai penyempurnaan teori-teori
sebelumnya.
DAFTAR
PUSTAKA
Cotton,
F. Albert, 1989, Kimia Anorganik Dasar,
Jakarta: UI-Press
Keenan,
Charles W., 1984, Ilmu Kimia untuk
Universitas, Jakarta: Erlangga
Oxtoby, D.W. 2001. Kimia Modern. Jakarta: Erlangga.
Svehla, G., 1979, Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro,
Jakarta: PT. Kalman Media Pusaka




semoga bermanfaat
BalasHapus